Stealth Aircraft Technology and Future Air Warfare

Stealth Aircraft

Pesawat siluman (Stealth Aircraft) adalah istilah jenis pesawat militer yang didesain dengan teknologi canggih untuk mengurangi deteksi oleh radar musuh dan menghindari serangan dari senjata pertahanan udara. Ciri khas pesawat siluman adalah desainnya yang aerodinamis dan memiliki sudut yang tajam pada permukaannya. Hal ini membantu untuk menyerap gelombang radar dan mengurangi pantulan yang mungkin terjadi. Selain itu, pesawat siluman juga dilengkapi dengan teknologi canggih seperti bahan-bahan yang bersifat absorbir radar, sistem bantuan navigasi modern, dan senjata yang memiliki akurasi tinggi.

Pada awalnya, ide pesawat siluman muncul dari percobaan untuk mengurangi deteksi radar pada pesawat bomber B-2. Proyek pesawat siluman pertama yang berhasil adalah F-117 Nighthawk, yang dikembangkan pada tahun 1981 oleh Lockheed Martin. Setelah kesuksesan F-117, perkembangan terjadi untuk pesawat siluman lainnya seperti pesawat tempur F-22 Raptor dan F-35 Lightning II. Namun, karena pesawat siluman memiliki biaya produksi yang sangat tinggi dan hanya diproduksi dalam jumlah yang terbatas, tidak semua negara memiliki teknologi dan sumber daya untuk mengembangkan pesawat siluman. Oleh karena itu, pesawat siluman menjadi aset militer yang sangat berharga bagi negara yang mampu mengembangkannya (Taryana, et al., 2019).

Materi Umum Pesawat Siluman

Pesawat siluman menggunakan bahan-bahan khusus untuk menyerap gelombang radar. Bahan-bahan ini dikenal sebagai bahan yang bersifat absorbir radar atau radar-absorbent material (RAM). Bahan ini dirancang untuk menyerap energi gelombang radar yang diterima oleh pesawat, sehingga mengurangi pantulan gelombang dan membuat pesawat sulit terdeteksi oleh sistem radar musuh. RAM biasanya terdiri dari campuran bahan-bahan seperti serat karbon, serat kaca, dan bahan kimia khusus seperti logam oksida, silikon, atau campuran lainnya. Bahan-bahan ini memiliki sifat yang membuatnya efektif dalam menyerap gelombang radar pada berbagai frekuensi (Nurulloh, et al., 2022).

Bahan-bahan RAM bekerja dengan cara mengubah energi gelombang radar menjadi energi panas. Ketika gelombang radar mengenai permukaan pesawat, sebagian energi gelombang tersebut akan diserap oleh bahan RAM, dan diubah menjadi energi panas. Akibatnya, energi gelombang radar yang dipantulkan kembali ke sumbernya menjadi sangat kecil, sehingga membuat pesawat sulit terdeteksi oleh sistem radar (Pradana & Ardhyananta, 2017).

Menurut Dwiharpini et al. (2023), selain menggunakan bahan-bahan RAM, pesawat siluman juga menggunakan teknologi lain untuk mengurangi pantulan gelombang radar

  1. Desain aerodinamis yang meminimalkan pantulan gelombang radar: Pesawat siluman didesain dengan profil aerodinamis khusus yang meminimalkan pantulan gelombang radar. Contohnya, pesawat siluman memiliki sudut tumpuan tertentu pada permukaan badannya yang dirancang sedemikian rupa untuk mengalihkan gelombang radar jauh dari sumber.
  2. Sistem pemantau radar yang canggih: Pesawat siluman dilengkapi dengan sistem pemantau radar yang canggih, seperti radar aktif dan pasif. Radar aktif mengirimkan sinyal radar ke target dan menerima pantulan kembali, sedangkan radar pasif hanya menerima pantulan dari sumber radar musuh. Dengan sistem pemantau radar yang canggih, pesawat siluman dapat mendeteksi ancaman musuh dan menghindari serangan.
  3. Sistem pengacakan frekuensi: Sistem pengacakan frekuensi pada pesawat siluman dapat mengubah frekuensi sinyal radar yang dipantulkan, sehingga membuat deteksi pesawat menjadi lebih sulit bagi radar musuh.
  4. Material penyerap gelombang radar lainnya: Selain RAM, ada juga material penyerap gelombang radar lainnya yang digunakan pada pesawat siluman, seperti serat karbon dan berlian sintetis. Material ini memiliki kemampuan untuk menyerap gelombang radar dan mengurangi kemampuan radar musuh dalam mendeteksi pesawat.

Keterlibatan Indonesia dalam Proyek KF-21 Boramae

Menurut Idntimes.com (2022), awal mula keterlibatan Indonesia dalam proyek KF-21 (Sebelumnya KF-X) pertama kali disepakati pada 15 Juli 2010. Kemitraan dimulai dengan Indonesia yang akan menanggung biaya proyek sebanyak 20 persen, sementara pemerintah Korea Selatan akan menanggung biaya sebanyak 60 persen dan 20 persen sisanya akan ditanggung oleh perusahaan lokal maupun asing yang terlibat. Dengan masuknya Indonesia, proyek KFX dapat juga disebut sebagai proyek KFX/IFX (Korean Fighter Experiment/Indonesia Fighter Experiment). Perjanjian kerja sama juga mencakup penugasan kerja antara Korean Aeropace Industries dengan PT Dirgantara Indonesia, dalam penugasan kerja ini PT Dirgantara Indonesia mengirimkan sekitar 100 insinyurnya ke Korea Selatan.

Faktanya, penggunaan pesawat siluman tidak terbatas pada kepentingan militer saja. Beberapa negara juga mengembangkan pesawat siluman untuk kepentingan sipil, seperti untuk penelitian atmosfer dan pengamatan bencana alam.Secara keseluruhan, pesawat siluman adalah salah satu teknologi yang paling canggih dalam bidang militer dan terus menjadi pusat perhatian pengembangan teknologi untuk menghadapi tantangan pertahanan udara yang semakin kompleks.

Referensi

Briliando, F. (2022). 8 Fakta KF-21 Boramae, Pesawat Tempur Indonesia dan Korsel. Idntimes. URL: https://www.idntimes.com/science/discovery/fw-rocket/kf-21-boramae-c1c2. Diakses 14 April 2023.

Dwiharpini, D. C., Sapurta, M. F., & Aly, M. D. (2017). Transformasi Dalam Performa Pesawat Terbang Di Generasi Berbeda. Bina Teknika, 13, 131-138.

Nurulloh, M. I., Simbolon, L., & Deksino, G. R. (2022). Barium Ferrite Magnet As Anti-Radar Material. Techno (Jurnal Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto), 23(1), 61-68.

Pradana, M. A., & Ardhyananta, E. H. (2017). Analisa Koefisien Serap Suara dan Penyerapan Gelombang Mikro Komposit Silicone Rubber Berpenguat Barium Heksaferrit Dopping Zn dan Serat Mikro Tandan Kosong Kelapa Sawit. Departemen Teknik Material Fakultas Teknologi Iindustri Instittut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Sohn, M. H., Jung, J., Lee, J., & Kwag, H. H. (2019). Stealth Aircraft Technology and Future Air Warfare. Journal of the Korea Institute of Military Science and Technology, 22(1), 81-92.

Taryana, Y., Azwar, M., Sudrajat, N., & Wahyu, Y. (2019). Material Penyerap Gelombang Elektromagnetik Jangkauan Frekuensi Radar. Jurnal Keramik dan Gelas Indonesia, 28(1), 1-29.


Kabinet Thermics
Departemen KPB
KOMINFO BEMP Fisika FMIPA UNJ 2023

Archive

Translate